Apa kabar Indonesia?
Apa kabar bangsaku?
Masihkah kulitmu merah dan putih?
Indonesiaku gelap, pulauku sakit, bangsaku memar dalam luka, agamapun tak lagi beragama.
Aku berjalan diantara jarak panjang
Seperti merpati mencakar sejarah lalu menguburnya dalam kelam
Aku menafsiri kalimat tayyibah… hingnga alam nasyraalaka shodrok
Masa demi masa , kehamilan dan kelahiran
Pun Batas tembus batas lalu darahku gagal mencair
Alif layyin takku alpa tulisannya…
Kita sedang perang… Bersama Pedang yang mengangkang dari kisah para nabi pembela keyakinan, pembela agama yang telanjang sebab agama, agamawan tak lagi beragama, pemeluk agama jauh dari agama, bahkan serpihan ayat agama gagal menjadi penyangga agama, sebab, indonesia sedang berirama
Dimana agamawan pemeluk agama?
Dimana proklamasi negriku? Dimana kesatuan dalam NKRI?
Indonesia kacau, Indonesia gagal menjadi indonesia
Dimeja bundar Bangsa tak lagi merdeka, di gedung-gedung besar Indonesia tak lagi terjal
Bahkan di kejaksaan, Bangsa Indonesia takdi adili seadil adilnya
Sahabatku berjiwa Nuun,
ku pangili jiwamu, jangan biarkan darahmu mencair. Sebelum Indonesia benar benar Indonesia
sebelum agama di agamakan, sebelum bangsa di banggakan, pula sebelum manusia dimanusiakan
Pundak kita masih kuat, raga kita masih utuh , selama masih berjalan batas penghabisan.
Kita pengemban amanah negri, penerus estafet agama
Meski persilangan pendapat bar bar menjadikan indonesia ricuh.
Seperti wacana yang tak pernah habis di gedung KPK, dan media-media
Bangsa kita tak lagi hijau, pulau kita tak seluas dulu, pula anak-anak tak serajin belajar.
Garuda hanya sebatas gambar dinding, yang dengan paku mampu bertahan
Selama para sahabat mampu bergerak, disanalah bangsa menjadi proklamator pembelaan.
Selama garuda tak berubah wujud, disanalah sumpah juangku mengakar
Selayaknya bangsa di banggakan, tidak hanya sekedar kebanggaan dalam Bahasa
Di tahtakan melebihi tahta para pertiwi, di aSmini melebihi aminnya para kyai.
Oleh: Nay juireng Dyah Jatiningrat
Review This Product