Ah....., itu emakku
Mengundangku pada tarian doa
Meminta mengambil porsi fikiran filsuf yang masih kotor
Sembari aku disuguhkan buku-buku dan koran bekas zaman 90-an,
Yang tak ku paham liriknya.
aku hanya tersenyum menyelami lakon yang hampir usai, aku dengan emak.
Emak... kegagalanku hari ini bukan sebab siapa yang membawa buku atau siapa yang berlari di jantung bumi, tapi sebab aku yang belum terbiasa membaca kiblat.
Aku tau mimpi tanah, aku tahu bahasa nabi, aku tahu bahasa resah, aku tahu pesan guru, akupun kini hidup gelisah.
Mak...... buku biru langit yang emak belikan kemarin telah aku jadikan sejadah di baris doa pada derab hidupku yang mengeras bersama perahu.
Aku gagal mengayuhnya hingga ke negeri sebrang , mak..
Kenegri laboratorium indonesia,
Bahkan kata sebagian, negri miniature indonesia.
Ilmu-ilmu dan segala penafsiran, telah membuatku mati hingga sampan tak lagi bermuara
Pertempuran segala risalah menjadikanku alfa, bahwa hidup yang tak hidup, adalah hidup yang jauh dari alam kehidupan.
Aku tersesat Di istanah tempat orang berilmu,
Lingkaran kehidupan mencekamku, hingga buku-buku dan majalah tak sanggup aku bawa pada kantong yang semakiiin mengecil.
Aku tak lagi terdidik mak...
Bahkan rasa ingin kembali padamu, semakin memaksaku
Aku gagal disini,
Aku gagal menjadi politisi kehidupan yang sempat emak ajarkan,
Para guru tak lagi mempertanyakan soal cita-cita seperti zamannya aku SD dulu,
Bila perihal itu ada mak,
Inginku satu, membawamu, berlabuh hingga aku tau , hidup yang gagal aku baca, adalah hidup sebab buku-buku
Nay juireng dyah jatiningrat
Anggota PMII Country Rayon Nusantara
Review This Product