Pemudapost - Sejarah mencatat bahwa bangsa ini dikenal akan sumber daya alamnya (SDA) yang kaya raya, sehingga beberapa kawasan barat yang terdiri dari Negara-negara di eropa dan amerika mencoba untuk selalu menghegemoni bangsa ini agar rakyatnya menjadi tidak tau dan tidak mau untuk mengolah sumber daya alamnya sendiri secara mandiri, itulah Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya.
Seiring terus berlanjutnya hegemoni barat terhadap Indonesia sampai saat inipun Indonesia belum mampu mengolah sumber daya alamnya secara mandiri, itulah sebabnya kekayaan di Indonesia yang meng-eksploitasi SDA selalu menggunakan teknologi barat dalam pengelolaannya.
Dilihat dari Sumber daya manusia (SDM) bangsa ini seharusnyalah Indonesia sudah mampu untuk mengelolanya secara mandiri, dari berbagai lulusan perguruan tinggi dalam dan luar negeri yang sudah dihasilkan sehingga pengelolaan maupun pengembangan teknologi sudah dapat dikelola sendiri.
Namun kenyataannya berbanding terbalik dengan keadaan, lulusan terbaik bangsa ini tidak mampu menciptakan teknologi terbarukan dan mampu mengelolanya secara mandiri sehingga bangsa ini tetap nyaman dalam hegemoni barat dan kita tidak pernah tau sampai kapan kita akan sadar akan hegemoni ini.
Pertanyaannya adalah lulusan terbaik bangsa ini kenapa? Apakah tidak tahu, tidak mau atau pura-pura tidak tahu dan tidak mau? Dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh dan didapat seharusnya lulusan terbaik mampu menjadi fasilitas dalam mentransformasikan ilmunya terhadap bangsa ini sehingga kita mampu keluar dari tekanan dan hegemoni yang melemahkan kita selama ini, sehingga dampaknyapun dirasakan secara langsung oleh rakyat yang kemudian termanifestasi dalam taraf hidup yang serba kekurangan dengan kata lain adalah kemiskinan.
Pemerintahpun seakan acuh-tak acuh dalam mengawal cita-cita reformasi 1998 lalu, yang mana tuntutannya adalah reformasi birokrasi, ekonomi dan beberapa aspek lainnya. Karena jika pemerintah selaku pemegang kebijakan selalu mendukung terhadap lulusan terbaik bangsa maka penulis yakin jika bangsa ini juga dapat dan mampu untuk mengelola SDA Indonesia .
Sebut saja pengelolaan pertambangan dan sektor migas, semua itu dikelola oleh pihak asing semua, sehingga pemerintah selaku pemegang kebijakan kalah dengan pihak investor dalam menyelesaikan masalah pengelolaan SDA ini.
Jika ini tetap terus berlanjut secara logika pastilah yang kaya (investor) akan semakin kaya dan yang miskin dan tertindas (rakyat) akan semakin tertindas dan bahkan semakin miskin. Itu semua adalah dampak dari sebuah kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat dan sangat merugikan bangsa ini.
Apakah ini yang dimaksud dengan kemerdekaan? Bagi penulis ini adalah penjajahan model baru, dengan perang pengaruh dalam kebijakan perekonomian dunia, Indonesia selalu menjadi tempat yang sangat strategis untuk dijadikan sarang dalam penindasan. Terlebih pemerintah juga ikut akan arus hegemoni ini dan semakin menunjukkan ketidak berdayaannya kepada rakyat.
Hal apakah yang mampu untuk merubah ini semua? Adalah dengan kemauan kita (rakyat), bangsa dan pemerintah untuk keluar dari kebijakan dunia yang tidak menguntungkan terhadap keberlanjutan kehidupan ini. Jika kemauan dan kesadaran secara bersama tidak terbangun sejak sampai saat ini maka jangan berharap bahwa Indonesia akan merdeka seutuhnya. Tetap akan terjadi yang namanya penindasan yang terus berlaku bagi rakyat dan bangsa ini.
Kita juga berharap bahwa pemerintah mampu menjadi penyedia fasilitas dalam mewadahi lulusan terbaik bangsa ini yang penulis rasa cukup mampu untuk mengelola SDA kita yaitu negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Wallahu A’lam…
Oleh: Mawardi Stiawan
Review This Product