MALANG - Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PK PMII) Universitas Islam Malang (Unisma) selasa, (7/4) menggelar diskusi menyikapi Ultimatum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang meminta PMII kembali menjadi badan otonom (Banom) NU. Hal tersebut berkenaan dengan hasil Musyawarah Nasional Ulama Nahdlatul Ulama (Munas NU) pada tanggal 14 November 2014 lalu yang mengultimatum PMII untuk kembali menjadi banom NU dan jika tidak maka NU akan membentuk banom baru yang berada dikalangan perguruan tinggi.
Diskusi tersebut dihadiri oleh 55 anggota dan kader PMII Unisma. Peserta sangat antusias dengan diadakannya diskusi untuk menyikapi kegelisahan mereka akibat Ultimatum yang diberikan oleh PBNU. Untuk mengatasi kegelisahan tersebut, maka PMII Unisma dengan sigab menjawab ultimatum hasil Munas NU tersebut dengan menghadirkan narasumber yang memahami sejarah serta perkembangan PMII kedepannya.
Narasumber tersebut antara lain yaitu sahabat Fauzan Alfaz (Penulis buku simpul-simpul sejarah perjuangan PMII), Gus Nuruddin (Alumni PMII Unisma) dan sahabat Umar Hayyan (Ketua Mabincab PC PMII Kota Malang).
Menurut sahabat Fauzan Alfaz sebenarnya isu yang membuat gelisah sahabat-sahabati PMII di seluruh Indonesia ini sudah bergulir setiap NU mau melaksanakan Muktamar, menurutnya Independensi PMII sudah sangat tepat karena PMII merupakan organisasi mahasiswa yang selama kurun waktu Independen sangat dinamis, sehingga jika harus menjadi banom NU maka kader-kader PMII justru tidak akan lagi mampu untuk bersikap dinamis karena setiap geraknya akan dikontrol secara penuh oleh NU, sehingga akan sama seperti banom-banom NU lainnya.
Selain itu, dengan masuknya PMII ke struktural NU akan menciderai kader-kader dan alumni PMII yang sudah terbentuk melalui jalur independensi utamanya kader PMII yang bukan berasal dari NU (Non-NU) bahkan lebih ekstrim dengan nada sedikit bercanda bahwa jika harus menjadi banom NU maka PMII yang berada di kampus non-NU akan segera dibubarkan karena kampusnya sudah tidak sesuai dengan kampus-kampus NU.
Hal itu juga dipertegas oleh sahabat Umar Hayyan, Ketua Mabincab PC PMII Kota Malang, bahwa PMII tidak harus masuk kedalam NU karena sampai saat ini PMII tetap mengamalkan kultural NU dengan sikap Interdependensinya. Beliau mengatakan bahwa dengan masuknya PMII menjadi Banom NU akan menghambat daya nalar kritis dari kader-kader PMII, yang seharusnya melesat jauh jikalau PMII berada diluar struktural NU. Menurutnya harus diakui bahwa PMII telah menyumbangkan banyak alumninya untuk berkiprah didalam struktural NU dengan tanpa harus PMII masuk menjadi banom NU.
Berbeda dengan sahabat Fauzan dan sahabat Umar. Gus Nuruddin (Gus din) masih mempetanyakan sebenarnya ada kepentingan apa dari elit-elit NU ini, kok setiap menjelang pelaksanaan muktamar NU isu tersebut selalu disampaikan? Beliau beranggapan tentang adanya kepentingan tertentu dalam tubuh NU bukan semata-mata karena kader PMII dianggap sudah melenceng dari ke Aswajannya dan NU bukan lagi partai namun sepertinya lebih tertuju pada kepentingan elit dalam tubuh NU sendiri dan hal itulah yang harus ditemukan jawabannya oleh kader-kader PMII, pesan dari Gus din.
Diteruskan dengan pernyataan sikap, Salah seorang sahabat PMII yang berasal dari NTB mengatakan jika PMII menjadi banom NU maka dia akan keluar dari PMII dan itu di amini oleh seluruh peserta yang hadir dalam diskusi tersebut.
Kesimpulan dari diskusi tersebut bahwa PMII Unisma dengan para narasumber yang hadir menyatakan dengan tegas dan lantang bahwa menolak masuknya PMII untuk menjadi banom NU, sekarang adalah zaman keemasan PMII, jika NU meminta PMII menjadi banom NU itu hanya kepentingan para elit pengurus struktural NU saja dan akan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi perkembangan PMII kedepannya.
Kontributor: Achmad Fauzan
Editor: Mawardi Stiawan
Review This Product