Di samping itu, mahasiswa juga sebagai Agent Of Sosial Control yang pertama kali menangkap dan menemukan adanya permasalahan seperti ketidakadilan, ketidakberesan dan ketidakdamaian dalam kehidupan masyarakat. Semangat dan keberanian mahasiswa adalah sebagai senjata ampuh untuk memberantas dan memecahkan permasalahan tersebut. Bahkan merekalah yang menjadi acuan masyarakat dalam memecahkan masalahnya dan tali aspirasinya terhadap ketidakadilan pemerintah.
Sebagai insan akademis membaca, diskusi dan menulis merupakan kegiatan yang tidak bisa dihidarkan bagi mereka (baca: mahasiswa). Sebab. Hal inilah yang menjadikan potensi dan kompetensi mereka berkembang serta memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehingga tanpa disadari bangsa dan Negara kita mengalami perkembangan dan kemajuan dari hasi SDM mereka. Nah dari hasil inilah mahasiswa dikatakan sebagai Agent Of Change.
Sedangkan, sebagai insan aktivis mereka merangkul dan memperjuangkan aspirasi masyarakat atas kebijakan publik yang tidak terarah. Mereka turun lapangan dan aksi di depan gedung dewan perwakilan rakyat (DPR) untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Bukti konkretnya ialah tumbangnya Orde Lama dan Orde Baru dan serta runtuhnya kekuatan beku yang membiarkan keadilan dan tidak memperhatikan kesejahteraan serta kedamaian masyarakat, semua ini merupakan bagian dari usaha perjuangan mahasiswa yang tidak bisa dihilangkan begitu saja dalam lembaran sejarah. Dari sinilah julukan mahasiswa sebagai Agent Of Social Control terbangun.
Namun, mahasiswa yang sepeti saya gambarkan di atas sangat jauh berbeda dengan eksistensi mahasiswa yang ada pada saat ini, konon mahasiswa yang menyandang predikat luhur berupa agen perubahan dan agen kontrol masyarakat sudah tidak dipegang teguh oleh mahasiswa sekarang. Hidup mereka cenderung hedonis, hura-hura, suka mainin cewek dan minum minuman keras, sehingga mereka lupa terhadap kondisi yang dialami oleh masyarakat di sekitarnya yang merupakan tugas utamanya. Bahkan parahnya lagi nilai-nilai religiusnya hanya menjadi formalitas saja, apa-apa yang terkandung di dalamnya seperti shalat, ngaji dll sudah tidak dipakai dalam pergulatan mahasiswa saat ini.
Kegiatan membaca, diskusi dan menulis sudah tidak menjadi kebiasaan dan kebutuhan mereka di kehidupan dunia kampus, mereka males dengan hal-hal yang sifatnya mendidik dan membimbing tarhadap potensi dan kompetensinya. Ketika ada kegiatan sharing, diskusi dan seminar baik di lingkup intra kampus maupun ekstra kampus mereka tidak ikut sertakan di dalamnya, pola pikir mereka cenderung terhadap kesenangan belaka tanpa terbesit dalam pikirannya tentang perjuangan kedua orang tuanya yang dengan susah payah mencari penghasilan hanya untuk membiyai pendidikan dan kehidupannya, bahkan parahnya orang tua mereka harus mencari hutangan sama tetangganya untuk membiyai pendidikanya, sedangkan mereka hanya hura-hura, mainin cewek, minum-minuman keras, dsb.
Sungguh berdosa mahasiswa yang menyalahgunakan uang kiriman orang tuanya dengan hal-hal yang sama sekali tidak mendatangkan manfaat baginya dan menyimpang dari norma-norma agama yang telah berlaku seperti minuman keras, sabu-sabu, hura-hura, dsb. Uang kiriman yang merupakan hasil jerit payah dan keringat orang tua kita akan diminta pertanggung jawaban di akhirat kelak sesuai dengan perlakuan kita terhadap uang tersebut.
Oleh: Hidayatullah
Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Malang
Review This Product